VarietasBawang Merah yang dianjurkan ditanam di dataran rendah adalah sebagai berikut: a. Bima Brebes Varietas lokal asal Brebes ini mampu menghasilkan 10 ton/ha umbi kering dengan bobot susut panen mencapai 22%. Varietas ini dipanen pada umur 60 hari. Anakan dalam satu rumpun mencapai 7-12 buah. Di Brebes tanaman ini jarang berbunga.

Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Umbi mini asal true shallot seed TSS dapat menghasilkan umbi-umbi berukuran besar dengan kualitas yang baik. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/ bibit bawang merah asal TSS dengan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dataran rendah Subang dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dua faktor dengan dua ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis media tanam arang sekam, kompos, arang sekam + tanah 11, arang sekam + kompos 11, arang sekam + kompos +tanah 111, dan aplikasi pupuk NPK 0, 100, 200, dan 300 kg/ha. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0–100 kg/ha merupakan teknik yang paling baik dalam memproduksi umbi mini di dataran rendah Subang dengan produksi umbi mini bobot segar 4–5 g/umbi sebanyak 141–158 per m2. Implikasi penelitian adalah umbi mini asal TSS dapat dikembangkan sebagai sumber benih yang lebih sehat dan lebih mudah penanganannya di penyimpanan dan pengangkutan daripada umbi biasa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 239Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seed Dengan Jenis Media Tanam dan Dosis NPK yang Tepat di Dataran Rendah Production Technique of Shallot Bulblet from True Shallot Seedby the Appropriate Types of Growing Medium and NPK Fertilization Doses in the LowlandsRosliani, R1, Hilman, Y2, Hidayat, IM1, dan Sulastrini, I11 Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu 517, Lembang, Bandung Barat 403912 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jl Ragunan 29A, Pasar Minggu Jakarta 12540 E-mail rinirosliany Naskah diterima tanggal 12 Agustus 2014 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 22 September 2014ABSTRAK. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Umbi mini asal true shallot seed TSS dapat menghasilkan umbi-umbi berukuran besar dengan kualitas yang baik. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/ bibit bawang merah asal TSS dengan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dataran rendah Subang dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dua faktor dengan dua ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis media tanam arang sekam, kompos, arang sekam + tanah 11, arang sekam + kompos 11, arang sekam + kompos +tanah 111, dan aplikasi pupuk NPK 0, 100, 200, dan 300 kg/ha. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0–100 kg/ha merupakan teknik yang paling baik dalam memproduksi umbi mini di dataran rendah Subang dengan produksi umbi mini bobot segar 4–5 g/umbi sebanyak 141–158 per m2. Implikasi penelitian adalah umbi mini asal TSS dapat dikembangkan sebagai sumber benih yang lebih sehat dan lebih mudah penanganannya di penyimpanan dan pengangkutan daripada umbi Allium cepa var. Ascalonicum; Biji botani; Daya tumbuh; Arang sekam; Kompos; Tanah; Cara tanam langsungABSTRACT. Seed is one of the factors that determine the productivity of the plant. Bulblets from true shallot seed TSS can produce large bulbs with good quality. The objectives of this research is to get a bulblets production techniques/seedlings of shallots from TSS by the appropiate types of growing medium and NPK fertilizer doses in the lowlands. The experiment was conducted in lowland Subang from May to August 2013. The experimental design used was a factorial randomized block design two factors with two replications. Treatments consists of the type of growing medium rice husk charcoal, compost, rice husk charcoal+ soil 1 1, rice husk charcoal + compost 1 1, rice husk charcoal + compost + soil 111 and NPK fertilizer application 0, 100, 200, and 300 kg/ha. The results showed that the rice husk charcoal + compost + soil and NPK fertilizer 0–100 kg / ha was the best technique in producing bulblets fresh weight 3–4 g/bulb as much as 141–158 bulblet per m2 in the lowlands Subang. Implications of the study is the bulblets from TSS can be developed as a source of seed that is healthier and easier handling in storage and transport than common Allium cepa var. ascalonicum; True shallot seed; Germination; Rice husk charcoal; Compost; Clay soil; Direct seeding methodBenih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Selain dengan menggunakan umbi, perbanyakan tanaman bawang merah juga dapat menggunakan biji botani atau true shallot seed TSS sebagai sumber benih. Penggunaan biji botani bawang merah merupakan salah satu alternatif teknologi yang potensial dikembangkan untuk memperoleh benih bawang merah yang berkualitas. Menurut Permadi 1993 dan Rahim & Siddique 1990, penggunaan TSS sebagai benih dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan tanaman yang lebih sehat karena lebih sedikit mengundang penyakit layu fusarium ngoler, antraknosa Colletotrichum sp., bakteri, dan virus. Selain ketersediaan teknologi produksi benih TSS, masalah pokok TSS lainnya yang memerlukan pemecahan melalui penelitian adalah teknologi budidaya TSS untuk produksi umbi bibit. Menurut Putrasamedja 1995, benih TSS rerata hanya menghasilkan 1–2 umbi. Oleh karena itu umbi yang dihasilkan langsung dari benih TSS sebaiknya hanya digunakan sebagai umbi bibit dengan ukuran yang kecil 2–3 g yang disebut umbi mini. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sumarni et al. 2012 yang menyatakan bahwa penggunaan umbi mini selain dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas umbi bawang merah, juga mengurangi penggunaan benih umbi/bibit bawang merah per satuan luas. Menurut Stallen & Hilman 1991, penggunaan umbi berukuran > 5 g/umbi untuk bibit tidak ekonomis. Permadi 1993 melaporkan bahwa penggunaan umbi mini menghasilkan umbi berukuran lebih besar dan budidaya TSS untuk produksi umbi mini/bibit bergantung pada penanganan kultur teknisnya, seperti cara tanam/cara semai, populasi tanaman, pemupukan, dan pemeliharaan lainnya di lapangan Rahim et al. 1992. Beberapa penelitian J. Hort. 243239-248, 2014 240J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014untuk produksi umbi mini telah dilakukan oleh Sumarni et al. 2001, Rosliani et al. 2002, Sumarni et al. 2002, serta Sumarni et al. 2005. Umumnya teknik memproduksi umbi mini dilakukan dengan penanaman biji secara langsung di lapangan atau bedengan persemaian dengan berbagai kerapatan tanaman per satuan luas. Penggunaan kerapatan tanaman 3 g/m2 serta penggunaan naungan plastik transparan dan mulsa sekam padi mampu menghasilkan persentase umbi mini paling tinggi Rosliani et al. 2002, namun jumlah umbi mini per satuan luas yang dihasilkan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan banyak biji yang tidak tumbuh maupun yang tidak membentuk umbi. Sumarni et al. 2012 melaporkan bahwa penggunaan naungan plastik putih transparan dari awal semai sampai panen dapat mengatasi pengaruh negatif lingkungan terhadap pertumbuhan bawang merah asal TSS sehingga mampu menghasilkan produksi umbi yang tinggi dibandingkan dengan tanpa naungan. Produksi umbi asal TSS pada jenis tanah Andisol yang subur umumnya tidak menghasilkan umbi mini tetapi umbi berukuran besar sebagaimana yang dilaporkan oleh Sumarni & Rosliani 2010. Rerata ukuran umbi yang diproduksi adalah umbi berukuran > 5 g. Menurut Thanunathan et al. 1997 dalam Bendegumbal 2007, jenis media tanam dapat memengaruhi besarnya ukuran umbi bawang merah. Media bukan tanah atau campurannya dengan tanah umumnya menghasilkan umbi yang lebih kecil daripada media tanah. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Sumarni et al. 2001, Rosliani et al. 2002, Sumarni et al. 2002, Sumarni et al. 2005 dengan menggunakan media pasir dan/atau arang sekam secara hidroponik namun produksi umbi mini per satuan luas masih rendah. Masih banyak media tanam bukan tanah yang perlu diteliti untuk produksi umbi bibit bawang merah berukuran mini yang cocok untuk dikembangkan. Selain media tanam, komposisi hara yang tepat juga menentukan produksi dan ukuran umbi yang dihasilkan Thanunathan et al. 1997 dalam Bendegumbal 2007. Menurut El-Naggar & El-Nasharty 2009, dosis pemupukan tinggi NPK 19-19-19 5 g/tanaman meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan umbi. Namun sebaliknya Brewster et al. 1991 melaporkan bahwa umbi mini dapat dihasilkan dengan pemberian dosis pemupukan rendah terutama N. Hasil penelitian Sumarni et al. 2002, 2005 dan Sumarni & Rosliani 2010 juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk yang tepat untuk produksi umbi mini masih belum diperoleh karena umumnya umbi yang dihasilkan masih berukuran > 5 g. Selama ini, penelitian untuk mendapatkan teknik produksi umbi mini umumnya dilakukan di dataran tinggi. Hasil observasi di dataran tinggi yang bersuhu rendah menunjukkan bahwa perkembangan tanaman lebih didominasi oleh pertumbuhan daun dan waktu panen lebih lama yaitu rerata > 3 bulan. Kemungkinan pembentukan umbi dipengaruhi oleh suhu yang lebih tinggi. Oleh karena itu pemilihan lokasi penanaman untuk produksi umbi mini dapat dicoba di dataran rendah yang bersuhu tinggi. Informasi teknik produksi umbi mini asal TSS di dataran rendah masih terbatas. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/bibit bawang merah asal TSS dengan modikasi komposisi media dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Hipotesis yang diajukan adalah komposisi media dan dosis pupuk NPK yang tepat dapat menghasilkan produksi umbi mini bawang merah yang tinggi di dataran rendah. Campuran media tanam dengan struktur gembur dapat menghasilkan umbi mini lebih banyak dibandingkan media tanam yang sarang maupun media tanam yang padat. Pemberian pupuk NPK dosis rendah lebih banyak memproduksi umbi mini daripada pupuk NPK dosis DAN METODEPenelitian dilakukan di dataran rendah Subang dengan ketinggian tempat 100 m dpl. dari bulan April sampai dengan Juli 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor pertama jenis media A yang terdiri atas 1 arang sekam, 2 kompos, 3 arang sekam + tanah 11, 4 arang sekam + kompos 11, 5 arang sekam + kompos +tanah 111, dan faktor kedua merupakan aplikasi pupuk NPK 16-16-16 B terdiri atas 1 0, 2 100, 3 200, dan 4 300 kg/ha. Dengan demikian ada 20 kombinasi perlakuan yang diulang dua kali dan total ada 40 satuan percobaan. Luas satuan percobaan adalah 1 m2 netto dan total luas satuan percobaan sekitar 40 m2 netto atau 100 m2. Varietas TSS yang digunakan untuk pengujian teknologi produksi umbi mini adalah Bima Brebes dengan umur simpan 1,5 tahun. Kebutuhan benih TSS yang digunakan yaitu 3 g/m2 populasi sekitar 750 biji dengan total kebutuhan benih sekitar 120 g. Biji/TSS ditanam langsung pada bedengan yang diberi naungan plastik putih transparan. Lebar bedengan 1,2 m dengan tinggi sekitar 30 cm. Media tanam dihamparkan di atas permukaan bedengan dengan ketebalan 10 cm. Bahan kompos berasal dari kotoran domba yang telah dikomposkan matang dengan ciri aroma tidak berbau amoniak, struktur gembur, dan warna cokelat tua. Tanah yang digunakan adalah jenis Latosol dengan kandungan liat cukup tinggi >60%. 241Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Pupuk NPK 16-16-16 diberikan dua kali dengan cara disiramkan merata ke seluruh bedengan pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam MST. Biji/TSS ditanam pada alur tanam dengan jarak antaralur 5 cm yang kemudian ditutup karung goni atau daun pisang dan dibuka setelah berkecambah. Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan yang dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Media dijaga supaya tetap lembab. Untuk mengendalikan hama dipasang perangkap kuning dan insektisida selektif, sedangkan untuk mencegah serangan penyakit digunakan fungisida selektif seminggu sekali. Pengamatan meliputi persentase benih yang tumbuh pada umur 10 hari setelah tanam HST yaitu jumlah benih yang berkecambah dari banyaknya biji yang ditanam, persentase populasi tanaman yang hidup umur 28 dan 56 HST yaitu jumlah tanaman yang masih bertahan hidup dari banyaknya biji yang ditanam hingga umur 28 dan 56 HST, tinggi tanaman yaitu pengukuran tanaman dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi cm, produksi umbi segar per petak jumlah umbi yaitu banyaknya umbi yang dihasilkan dari satu petak perlakuan, bobot umbi yaitu berat umbi total dari satu petak perlakuan, ukuran umbi yaitu rerata bobot umbi individu per perlakuan. Analisis ragam pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan program statistical analysis system SAS dengan uji lanjut menggunakan DMRT Duncan Multiple Range Test pada α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASANDaya Tumbuh dan Populasi Tanaman yang HidupPengamatan daya tumbuh dilakukan setelah biji yang disemai berkecambah serempak pada berbagai perlakuan pada umur 10 HST. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis media tanam dengan pemupukan dosis NPK terhadap persentase daya tumbuh. Pada Tabel 1 terlihat bahwa secara independen jenis media tanam yang digunakan berpengaruh nyata terhadap persentase daya tumbuh TSS di lapangan. Media tanam arang sekam mempunyai persentase daya tumbuh tertinggi yaitu rerata 83,42% yang berbeda nyata dengan media kompos 77,72% dan campuran arang sekam + tanah 63,50%. Namun persentase daya tumbuh pada perlakuan media arang sekam tidak berbeda nyata dengan persentase daya tumbuh pada perlakuan campuran arang sekam + kompos 83,25% maupun campuran media arang sekam + kompos + tanah 81,17%. Dari data tersebut terlihat bahwa media tumbuh dengan struktur yang sarang atau ringan seperti media arang sekam tampaknya mempermudah perkecambahan biji TSS. Semakin sarang atau ringan media maka semakin tinggi daya tumbuh TSS seperti terlihat pada Tabel 1 yaitu perlakuan media yang mengandung arang sekam lebih tinggi persentase daya tumbuhnya. Menurut Resh 1985, arang sekam memiliki ciri-ciri sebagai berikut permukaan kasar sehingga sirkulasi udara tinggi banyak pori dan kapasitas menahan air tinggi, struktur sangat ringan berat jenis = 0,2 kg/l, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Berbeda dengan media-media yang berstruktur lebih berat seperti tanah atau kompos yang mempunyai daya tumbuh yang lebih rendah, yang diduga disebabkan karena media yang agak berat seperti tanah/kompos menghambat perkembangan kecambah. Hal ini terlihat pada perlakuan media dengan campuran arang sekam + tanah yang memiliki persentase daya tumbuh TSS paling rendah 63,50% dan juga media kompos saja 77,72%. Persentase daya tumbuh benih TSS pada umur 10 HST tidak dipengaruhi oleh pemupukan NPK karena NPK belum diaplikasikan sampai umur 21 HST. Rerata persentase daya tumbuh pada perlakuan pemupukan berkisar antara 76–78%. Biji bawang merah/TSS yang disemai atau ditanam pada luasan lahan 1 m2 dengan volume 3 g berisi sekitar 750 biji/TSS. Jika dihitung berdasarkan jumlah biji 750 per luasan 1 m2 maka tanaman asal TSS yang bertahan hidup sampai umur 28 HST bervariasi bergantung pada perlakuan media tanam maupun dosis NPK yang diaplikasikan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis media tanam dengan pemupukan dosis NPK terhadap populasi tanaman bawang merah asal TSS pada umur 28 dan 56 HST. Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa populasi tanaman pada umur 28 HST sangat dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman sampai umur 28 HST adalah media kompos sebanyak 68,17%, disusul oleh campuran media arang sekam + kompos + tanah dan arang sekam + kompos masing-masing sebanyak 59,98% dan 54,92%, sedangkan pada perlakuan arang sekam + tanah dan arang sekam saja populasi tanaman yang masih bertahan berturut-turut sekitar 28,97% dan 21,33%. Pada 10 HST daya tumbuh tanaman pada arang sekam paling tinggi, tetapi sebaliknya pada umur 28 HST populasi tanaman terendah. Hal ini disebabkan media arang sekam sebagai tempat tumbuh tanaman tidak dapat menunjang tanaman tegak berdiri, akar tanaman atau benih muncul keluar di permukaan media sehingga banyak tanaman yang rebah dan akhirnya 242J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014Tabel 1. Pengaruh media tanam dan pemupukan NPK terhadap persentase daya tumbuh dan populasi tanaman pada umur 28 dan 56 HST di dataran rendah Subang Effect of growing medium and NPK fertilization on percentage of germination and plant population in lowland SubangPerlakuan TreatmentsDaya tumbuh Germination, %Populasi tanaman Plant population, %10 HST DAP 28 HST DAP56 HST DAPMedia tanam Growing mediumArang sekam Rice husk charcoalKompos CompostArang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal +compost + clay soil83,42 a77,92 b63,50 c83,25 ab81,17 ab21,33 d 68,17 a28,97 c54,92 b59,98 b7,38 d 16,71 b9,59 c17,80 b21,30 aPemupukan NPK NPK fertilization0 kg/ha100 kg/ha200 kg/ha300 kg/ha76,47 a76,80 a78,07 a78,13 a48,44 a48,93 a49,69 a39,63 a15,60 a14,48 a14,35 a13,79 aKK CV , % 15,73 11,97 17,68KOMPOSARANG SEKAMARANG SEKAM + TANAHARANG SEKAM + KOMPOSARANG SEKAM + KOMPOS + TANAHGambar 1. Pertumbuhan tanaman bawang merah asal TSS pada umur 28 HST pada berbagai media tanam Growth of shallot at 28 DAP plant from TSS in different growing mediamati. Berbeda dengan media yang agak padat seperti tanah maupun kompos, akar tanaman tidak keluar di permukaan media sehingga tidak banyak tanaman yang rebah. Populasi tanaman menurun pada umur 56 HST dan banyaknya populasi tanaman yang bertahan juga dipengaruhi oleh jenis media tanam. Pada umur tersebut media tanam yang paling baik adalah campuran arang sekam + kompos + tanah sebanyak 21,30%. Media tanam tersebut mempunyai komposisi yang paling tepat untuk perkembangan akar tanaman terutama ditinjau dari kegemburan media. Adanya arang sekam dan kompos pada komposisi media tersebut dapat mengurangi kepadatan media dan membentuk aerasi yang cukup sehingga akar berkembang lebih baik. Adanya tanah pada komposisi media tersebut mengakibatkan tanaman tidak mudah rebah karena perakaran tidak mudah terangkat ke atas permukaan media. Pada umur 56 HST, populasi tanaman yang hidup paling sedikit terjadi pada media arang sekam. Media ini paling banyak tanaman yang rebah dan akhirnya mati. Arang sekam memiliki struktur ringan sehingga tidak dapat menopang tanaman dan perakaran berkembang di atas permukaan media. Penambahan tanah sebagai campuran arang sekam pada perlakuan media arang sekam + tanah menyebabkan media tidak terlalu sarang, sehingga tanaman yang tumbuh tidak banyak yang rebah, perakaran berkembang di dalam media, tidak di atas permukaan media. 243Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Pada umur 56 HST, pembentukan umbi telah cukup optimal tetapi belum cukup waktu panen Gambar 2. Tampaknya perakaran tanaman yang tidak masuk ke media menyebabkan akar tidak dapat menopang batang dan daun tanaman sehingga tanaman banyak yang rebah pada berbagai perlakuan media. Untuk mencegah masalah tersebut sebaiknya sampai umur 28 HST setiap minggu, perakaran tanaman ditutup media lagi. Pemupukan NPK dengan berbagai dosis juga tidak berpengaruh nyata terhadap populasi tanaman yang hidup pada umur 28 dan 56 HST. Rerata populasi tanaman yang hidup pada umur 28 dan 56 HST berturut-turut adalah 39,63 – 49,69% dan 13,79 – 15,60%. Namun, ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis semakin tidak esien penggunaan pupuk NPK untuk tanaman bawang merah asal TSS tersebut. Pertumbuhan TanamanHasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis media tanam dengan pemupukan NPK yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman sangat berbeda antara kombinasi perlakuan media tanam dengan dosis NPK. Jenis media tanam sangat nyata memengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman yang tercermin dari peubah tinggi tanaman. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Nabih et al. 1987 bahwa media tanam yang lebih sarang/gembur menghasilkan pertumbuhan yang lebih subur daripada media tanah liat pada tanaman irish yang berumbi. Pada percobaan ini media yang cukup gembur seperti kompos sangat jelas memiliki pertumbuhan yang paling subur dengan tinggi tanaman antara 15,5–17,7 cm, disusul oleh media arang sekam+kompos 13,9–15,1 cm, arang sekam + kompos +tanah 9,6–11,5 cm, arang sekam 8,8–10,8 cm, dan arang sekam + tanah 2,8–4,7 cm yang sejalan dengan urutan banyaknya populasi tanaman yang hidup. Pertumbuhan tanaman yang berbeda juga dapat dilihat pada Gambar 1. Namun hasil yang berbeda dilaporkan oleh Taha 2012 yaitu jenis media tanam gembur/liat tidak selalu menghasilkan perbedaan pertumbuhan vegetatif seperti pada tanaman irish yang berumbi. Selanjutnya terlihat pada berbagai media tanam, semakin tinggi dosis NPK semakin tinggi pertumbuhan tanamannya. Hal ini berbanding terbalik dengan populasi tanamannya yang semakin tinggi dosis NPK semakin rendah populasi tanaman yang hidup. Tampaknya pemupukan NPK meningkatkan kesuburan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman semakin tinggi dengan daun yang besar. Pertumbuhan tanaman yang subur ini tidak ditunjang oleh perakaran yang kuat menembus media tanam tetapi perakaran berada di atas permukaan media tanam, sehingga banyak yang rebah akibatnya banyak tanaman yang mati. Pada umur 56 HST, umumnya tinggi tanaman pada berbagai media tanam juga berbeda nyata antar kombinasi perlakuan, Gambar 2. Pertumbuhan tanaman bawang merah asal TSS pada umur 56 HST pada perlakuan media arang sekam + kompos + tanah dengan berbagai dosis NPK Growth of shallot from TSS at 56 DAP in treatment of rice husk charcoal + compost+ clay soil media with a various doses of NPK NPK 200 kg/haNPK 100 kg/haNPK 0 kg/haNPK 300 kg/ha 244J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014namun yang paling mencolok adalah media arang sekam + tanah yang sangat berbeda nyata dengan media tanam yang lainnya. Terlihat bahwa campuran media tanam arang sekam dan tanah 11 v/v dimana kandungan liat media adalah tinggi umumnya menunjukkan pertumbuhan paling kerdil yang diduga tekstur liat menghambat perkembangan perakaran. Menurut Brewster 1990, penyebaran dan tingkat perkembangan akar pada bawang-bawangan adalah sangat penting dalam memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan umbi. Pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah asal TSS pada media tanam arang sekam dan tanah liat tetap kerdil meskipun diberi pupuk NPK Tabel 2. Tanah liat umumnya miskin unsur hara, memiliki pH serta KTK rendah. Tanah liat juga memiliki struktur tidak gembur yang dapat menghambat dan perkembangan akar tanaman bawang pupuk tidak meningkatkan perbaikan pertumbuhan tanaman karena diduga hara yang ditambahkan tidak terserap oleh akar tanaman. Menurut El-Naggar & El-Nasharty 2009, pada tanaman amarilis media tanam berupa tanah dengan tekstur liat baik tanpa maupun dengan pupuk juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan vegetatifnya. Sebaliknya media kompos tanaman atau campurannya dengan tanah berpasir dengan pemberian pupuk NPK yang tinggi memberikan pertumbuhan yang subur. Struktur media yang gembur pada media kompos dan campurannya menghasilkan aerasi dan drainase yang baik untuk perkembangan akar dan menjaga kelembaban tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman. Pada percobaan ini, tanaman bawang merah yang paling subur juga terjadi pada media kompos dengan pemberian pupuk NPK yang tinggi. Kompos yang digunakan mengandung unsur N 0,75%, P2O5 0,5%, dan K2O 0,45% Lampiran 1. Dosis hara yang tinggi dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen, fosfor, dan kalium yang tinggi sehingga meningkat penyerapannya oleh tanaman. Telah diketahui bahwa terutama nitrogen merupakan komponen dalam molekul klorol untuk pertumbuhan Umbi MiniHasil analisis sidik ragam menunjukkan secara independen perlakuan jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap ukuran umbi, bobot umbi, dan jumlah umbi per m2. Pada Tabel 3 terlihat bahwa rerata ukuran umbi segar yang dihasilkan pada berbagai jenis media umumnya di bawah 5 g, kecuali pada media kompos yang rerata berukuran 6,48 g. Umbi pada media arang sekam, arang sekam + kompos, dan arang sekam + kompos + tanah memiliki bobot yang sama sekitar 4 g, sedangkan yang paling kecil ukurannya adalah pada media arang sekam + tanah yang sebenarnya hampir tidak membentuk umbi hanya sedikit membengkak. Data tersebut menunjukkan bahwa media tanam yang mempunyai struktur padat yang berasal dari tanah yang bertekstur liat tidak menghasilkan produksi umbi asal biji sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanamannya yang tidak berkembang Tabel 1 dan 2. Bobot umbi per plot pada berbagai jenis media tanam berbeda nyata. Bobot umbi per plot tertinggi terdapat pada perlakuan arang sekam + kompos + tanah seberat 649,38 g per plot 1 m2 yang disebabkan karena jumlah umbi per plot nya juga tinggi yaitu 115,4 umbi. Bobot umbi per plot ini berbeda nyata satu sama lain di antara perlakuan jenis media. Bobot umbi segar per plot pada masing-masing media lainnya berurutan dari yang paling tinggi sampai terendah yaitu kompos 420,75 g, arang sekam + kompos 338,29 g, arang sekam 140,41 g, dan arang sekam + tanah 30,43 g. Jumlah umbi per plot antara media kompos 50,34 umbi dan media arang sekam + kompos 50,6 umbi berbeda nyata dengan jumlah umbi per plot pada media arang sekam 22,6 umbi dan arang sekam + tanah 18,1 umbi. Sebenarnya perlakuan arang sekam + tanah hampir tidak membentuk umbi tetapi hanya membengkak seperti bawang NPK pada berbagai dosis hanya berpengaruh nyata terhadap ukuran umbi, sedangkan terhadap bobot umbi per plot tidak berpengaruh nyata. Pemupukan NPK dengan dosis 100 kg/ha menghasilkan umbi bawang merah asal TSS seberat 2,98 g yang berbeda nyata dengan dosis NPK lainnya yang memiliki bobot seberat 3,7 – 4,64 g/umbi. Bobot umbi per plot tidak dipengaruhi oleh dosis NPK yang diaplikasikan. Dari data ukuran umbi, bobot per plot, dan produksi umbi mini tanpa pupuk NPK lebih esien dibandingkan dengan menggunakan pupuk NPK. Ada interaksi antara perlakuan jenis media dengan dosis pupuk NPK terhadap jumlah umbi per plot Gambar 3. Media arang sekam + kompos + tanah dengan dosis NPK 0–100 kg/ha memberikan jumlah umbi mini yang paling banyak 141–158 umbi dan berbeda nyata dengan perlakuan jenis media dan pemupukan NPK lainnya. Tampaknya media tanam yang gembur berasal dari campuran arang sekam + kompos + tanah merupakan komposisi media yang ideal untuk pengumbian bawang merah asal TSS dengan ukuran mini. Hasil serupa pada tanaman iris berumbi lapis yang dilaporkan oleh Nabih et al. 1987 menunjukkan bahwa media tanam dengan struktur gembur berupa kompos dengan tanah yang bertekstur liat sedang, menghasilkan pengumbian yang lebih cepat dan meningkatkan produksi bulbet/umbi mini dibandingkan media bertekstur liat ataupun media tekstur berpasir. 245Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Tabel 2. Pengaruh media tanam dan pemupukan NPK terhadap tinggi tanaman bawang merah di dataran rendah Subang Effect of growing medium and NPK fertilization on plant height of shallot in lowland SubangMedia tanam Plant mediaNPK kg/ha Rerata Average0 100 200 30028 HST DAPArang sekam Rice husk charcoal Kompos Compost Arang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal + compost + clay soil8,8 i15,5 bc2,8 k13,9 e9,6 hi9,4 hi16,2 b2,6 k14,6 cde9,7 hi10,8 fg17,0 ab3,0 k14,3 d10,1 gh10,4 g17,7 a4,7 j15,1 cd11,5 f9,9 b16,6 a3,3 c14,5 ab8,2 bRerata Average10,1 a 10,5 a a 11,9 aKK CV, % 13,6156 HST DAPArang sekam Rice husk charcoal Kompos CompostArang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal + compost + clay soil30,8 e37,9 ab13,2 g36,1 bcd34,8 d32,5 e35,3 cd12,7 g37,2 abc36,0 cd35,9 bcd38,7 a13,9 fg37,3 abc35,2 cd34,8 d35,6 cd15,8 f36,3 bc35,9 bcd33,5 a36,9 a13,9 b36,7 a35,5 aRerata Average30,6 a 30,7a 32,2 a 31,7 aKK CV, % 12,84Tabel 3. Pengaruh media tanam dan pemupukan NPK terhadap ukuran umbi dan bobot umbi per plot bawang merah asal TSS di dataran rendah Subang Effect of growing medium and NPK fertilization on bulb size and bulb weight per plot of shallot in lowland SubangPerlakuan TreatmentsUkuran umbi Bulb size, gBobot umbi per plot Bulb weight per plot, g/m2Media tanam Growing mediumArang sekam Rice husk charcoalKompos Compost Arang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal +compost + clay soil4,23 b6,48 a 1,65 c*4,41 b3,99 b140,41 d420,75 b30,43 e*338,29 c649,38 aPemupukan NPK NPK fertilization0 kg/ha100 kg/ha200 kg/ha300 kg/ha3,96 a2,98 b4,64 a3,70 a320,56 a281,26 a348,52 a313,06 aKK CV, % 14,89 20,10* tidak membentuk umbi hanya membengkak [do not form bulbs just swell] 246J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014Tabel 4. Interaksi antara jenis media tanam dengan dosis NPK terhadap jumlah umbi mini di dataran rendah Subang Interaction betwen kind of growing medium and dose of NPK on the amount betwen bulblet in lowland SubangMedia tanam NPK kg/ha Rerata Average0 100 200 300Arang sekam Rice husk charcoal Kompos CompostArang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal + compost + clay soil15,0 i56,5 de15,0 i23,5 hi141,0 a17,0 i41,0 fg20,0 hi33,5 gh158,5 a29,0 ghi54,0 def16,0 i66,0 cd82,5 b29,5 ghi50,0 ef21,5 hi79,5 bc79,5 bc22,6 c50,4 b18,1 c50,6 b92,3 aRerata Average 50,2 a 54 a 49,5 a 52 aKK CV, % 13,9Jumlah terendah dihasilkan pada media arang sekam + tanah dengan maupun tanpa pemupukan NPK. Penambahan pupuk NPK tidak mampu meningkatkan jumlah umbi per plot. Tampaknya media arang sekam + kompos + tanah liat tanpa pemupukan NPK lebih esien untuk memproduksi umbi mini baik jumlah maupun bobotnya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa untuk memproduksi umbi mini tidak diperlukan masukan pupuk yang tinggi bahkan sebaliknya tanaman tidak perlu atau hanya sedikit memerlukan tambahan pupuk. Tampaknya hara yang dibutuhkan untuk membentuk umbi mini cukup dari hara yang disediakan oleh media tanam Lampiran 1. Kandungan unsur kalium abu sekam lebih kurang sama dengan 30% K2O Soepardi 1983. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Brewster et al 1991 bahwa untuk memproduksi umbi bibit mini dibutuhkan pupuk terutama N yang rendah, pada tanaman bawang bombay cukup 25 kg/ha. Pemberian N yang rendah dapat menghasilkan hard growth supaya umbi yang terbentuk berukuran kecil. Penambahan pupuk yang lebih banyak menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih subur Tabel 1 dan 2 sehingga umbi yang terbentuk juga jauh lebih besar Tabel 3. Menurut El-Naggar & El-Nasharty 2009 dosis pupuk NPK yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan umbi pada tanaman amarilis, hal ini disebabkan karena menurut Marschner 1995 bahwa pemberian pupuk NPK yang tinggi mempercepat pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan sintesis protein dan DAN SARAN1. Jenis media arang sekam + kompos + tanah 111 merupakan komposisi media yang paling ideal untuk memproduksi umbi mini di dataran rendah Pemupukan NPK dosis 100–300 kg/ha tidak memberikan pertumbuhan maupun produksi umbi mini yang tinggi. 3. Media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0–100 kg/ha menghasilkan produksi umbi mini yang paling optimal di dataran rendah Subang yaitu 141–158 umbi per m2 dengan bobot segar 3–4 g/umbi .PUSTAKA1. Bendegumbal, SC 2007, Studies on effect of organics on seed yield and quality in onion Allium cepa L. cv. N-53, Tesis, Department of Seed Science and Technology College of Agriculture, Dharwad University of Agricultural Sciences, Dharwad – 580 005. 2. Brewster, JL 1990, Physiology of crop growth and bulbing’, in Rabinowitch, HD & Brewster, JL eds., Onions and allied crops, Florida CRC Press, Inc, pp. Brewster, JL, Rowse, HR & Bosch, AD 1991, The effect of sub-seed placement of liquid N and P fertilizer on the growth and development of bulb onions over a range of plant densities using primed and nonprime seed’, J. Hort. Sci., vol. 66, no. 5, pp. El-Naggar AH & AB El-Nasharty 2009, Effect of growing media and mineral fertilization on growth, owering, bulbs productivity and chemical constituents of Hippeastrum vittatum, Herb, Am-Euras, J. Agric. & Environ. Sci., vol. 6, no. 3, pp. Marschner, H 1995, Mineral nutrition of higher plants, Academic Press Limited, Nabih A, A El-Sayed & A Aly 1987, Effect of different soil media and fertilizer treatments on growth, owering, and bulb formation of iris bulbs cv. Ideal’, J. Agric. Res., vol. 13, pp. Permadi, AH 1993, Growing shallot from true seed, research result and problems’, Onion News Letter for the Tropics NRI United Kingdom, July 1993, vol. 5, pp. 35-38. 8. Putrasamedja, S 1995, Pengaruh jarak tanam terhadap pembentukan anakan pada kultivar bawang merah’, Bul. Penel. Hort., vol. XXVII, no. 4, pp. 87-92. 247Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...9. Rahim, MA & Siddique, MA 1990, Research on onion in Bangladesh’, Onion Newsletter for The Tropics NRI United Kingdom, July 1990, no. 3, pp. Rahim, MA, Hakim, A, Begun & Islam, MS 1992, Score for increasing the total yield and fullling the demand from onions during the hermd the bulb to bulb set method of production’, Onion Newsletter for The Tropics NRI United Kingdom, July 1992, no. 4, pp. 4-6. 11. Resh, HM 1985, Hydroponic food production, Woodbridge Press Publishing Co., Rosliani, R, Sumarni, N & Suwandi 2002, Pengaruh kerapatan tanaman, naungan, dan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi umbi mini bawang merah asal biji botani TSS’, J. Hort., vol. 12, no. 1, hlm. Stallen, MPK & Hilman, Y 1991, Effect of plant density and bulb size on yield and quality of shallots’, Bul. Penel. Hort., Edisi Khusus XX, no. 1, pp. Supardi, G. 1983, Sifat dan ciri tanah, IPB, Bogor. 15. Sumarni, N, Rosliani, R & Suwandi 2001, Pengaruh kerapatan tanaman dan jenis larutan hara terhadap produksi umbi mini bawang merah asal biji dalam kultur agregat hidroponik’, J. Hort., vol. 11, no. 3, hlm. Sumarni, N, Rosliani, R & Suwandi 2002, Pengaruh kerapatan tanaman dan konsentrasi larutan NPK 151515 terhadap produksi umbi mini bawang merah dalam agregat hidroponik’, J. Hort., vol. 12, no. 1, hlm. Sumarni, N, Sumiati, E & Suwandi 2005, Pengaruh kerapatan tanaman dan aplikasi zat pengatur tumbuh terhadap produksi umbi bibit bawang merah asal biji kultivar Bima’, J. Hort., vol. 15, no. 3, hlm. Sumarni, N & Rosliani, R 2010, Pengaruh naungan plastik transparan, kerapatan tanaman, dan dosis N terhadap produksi umbi bibit asal biji bawang merah, J. Hort., vol. 20, no. 1, hlm. Sumarni, N, Rosliani, R & Suwandi 2012, Optimasi jarak tanam dan dosis pupuk NPK untuk produksi bawang merah dari benih umbi mini di dataran tinggi’, J. Hort., vol. 22, no. 2, hlm. Taha, RA 2012, Effect of some soil types and some commercial foliar fertilizers on growth, owering, bulb productivity and chemical composition of iris plants’, Journal of Horticultural Science & Ornamental Plants, vol. 4, no. 2, pp. 221-6. 248J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014Lampiran 1. Kandungan unsur hara media tanam asal arang sekam, kompos dan tanah Latisol Content of growing medium nutrient from rice husk charcoal, compost, and Latisol soilJenis media Kind of mediaKandungan unsur hara Nutrient contentN total P2O5K2O Tanah Latisol Latisol soil0,18 % 5,6 ppm-Bray 1 52,7 ppm-MorganKompos Compost0,75 % 0,45 % 0,50 %Arang sekam Rice husk charcoal0,32 % 0,15 % 0,31 %Sumber Laboratorium Tanah dan Pupuk Balitsa Soil and Plant Laboratory of Balitsa ... Produksi cabai yang meningkat secara otomatis kebutuhan akan benih cabai juga meningkat. Benih berkualitas dipengaruhi oleh ekosistem Hilman et al., 2014, kultur teknis Dewi et al., 2018;Karo et al., 2018;Kurniasari et al., 2020;Palupi et al., 2015;Rosliani et al., 2012Rosliani et al., , 2014Sinaga et al., 2016, dan juga Teknik prosesing Gunarta et al., 2014;Krestini et al., 2017;Rahayu et al., 2017;Yuniarti et al., 2013. Pada prosesing benih cabai secara manual, buah cabai dapat diproses secara kering dan basah. ...... Produksi cabai yang meningkat secara otomatis kebutuhan akan benih cabai juga meningkat. Benih berkualitas dipengaruhi oleh ekosistem Hilman et al., 2014, kultur teknis Dewi et al., 2018;Karo et al., 2018;Kurniasari et al., 2020;Palupi et al., 2015;Rosliani et al., 2012Rosliani et al., , 2014Sinaga et al., 2016, dan juga Teknik prosesing Gunarta et al., 2014;Krestini et al., 2017;Rahayu et al., 2017;Yuniarti et al., 2013. Pada prosesing benih cabai secara manual, buah cabai dapat diproses secara kering dan basah. ... Chotimatul AzmiAstiti RahayuDeri SaparudinKualitas mutu benih cabai selain dipengaruhi dari kultur teknis pada saat di pertanaman, metode ketika prosesing juga berpengaruh. Metode kering dan basah direndam biasa dilakukan untuk prosesing benih cabai. Namun informasi terkait lama perendaman pada prosesing benih cabai masih terbatas. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui perlakuan lama perendaman terbaik terhadap perkecambahan benih cabai. Percobaan dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan Februari hingga April 2020 menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor P1= control, P2 = direndam selama 1 jam, P3 = direndam selama 3 jam, dan P4 = direndam selama 24 jam diulang tiga kali. Parameter yang diamati antara lain persentase kecambah normal, abnormal, benih segar tidak tumbuh dan benih Mati. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa daya berkecambah perlakuan P2 91% nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan P3 dan tidak berbeda nyata dengan P1 dan P4 P2 merupakan perlakuan terbaik untuk prosesing benih cabai.... Several ways to use various types of biostimulants in shallot plants are using growth regulators [25], [34]-[36], [93]; using bacteria [19]- [21], [91], [92], fungus [25], seaweed [59], [60]. A combination of biostimulants based on seaweed and bacteria has been carried out on tomato plants [50] and chilli [49], however, information regarding the use of this combination in shallots is still very limited. ...The use of biostimulants from endophytic bacteria enriched with seaweed is still rarely used in shallot plants. This study was conducted to determine the effect of reducing NPK chemical fertilizers and adding biostimulants to shallot plants in the highlands. The research was conducted in Lembang, Indonesian Vegetables Research Institute, Indonesia IVEGRI from January to July 2021. A two-factor Randomized Complete Block Design used two types of biostimulant formulation biostimulant A, and biostimulant B, and the chemical fertilizer dose factors 7 levels with 3 replications. The observed parameters included plant height, number of leaves, clump fresh weight and dry weight of bulbs per sample and per hectare, as well as the Relative Agronomic Effectiveness RAE. The results showed that the application of 75% NPK plus biostimulant at a dose of 3ml/L applied as much as 5X gave the same RAE value as NPK 100%.... Hal ini diduga komposisi media tanam M3 tanahkomposarang sekam mampu memenuhi kriteria yang paling baik untuk menjadi media tumbuh bagi tanaman. Menurut Rosliani et al.2014 komposisi media tanam tanah, kompos dan arang sekam menjadi komposisi yang tepat dari segi kegemburan tanah. Kegemburan tanah dapat menjaga kelembapan pada media tanam. ...Ayu Sufi Rochima N Palupi PuspitoriniJeka WidiatmantaThis study aims to determine the influence of the combination of soil planting media, compost, husk charcoal, determine the influence of local microorganism concentrations and determine the interaction of the two on the growth and yield of leek plants. The research design used randomized block design arranged in factorial RBD with 2 factors. The first factor of the planting medium M is 4 combinations soil M0, soil compost M1, soil husk charcoal M2, and soil compost charcoal husk M3. The second factor is the concentration of local microorganisms P there are 3 throws 10 ml / l P1, 15 ml / l P2 and 20 ml / l P3. The variables of total weight and consumption weight showed a significant interaction with the best treatment of M3P3.... Plant height measurements were carried out at the age of 3 weeks after planting. The loose media structure on compost media and the mixture produces aeration and drainage which is good for root development and maintains soil moisture that is ideal for plant growth [14]. The friable planting medium produced more fertile growth than the clay media on rooted irish plants [15]. ... Lelya PramudyaniA SaburMuhammad YasinW YaniConventional red chili farming systems using inorganic fertilizer cause to overcome this problem, alternative technologies. The purpose of this study was to determine the effect of biofertilizer on the growth and yield of red chili in acid upland. The experiment was conducted in Harapan Masa Village, Tapin District, South Kalimantan from May 2016 to December 2016. The Pillars variety was used because of the high production. The study was arranged using a randomized block design with 4 treatments and 5 replications. The treatments consist of Po = manure application without biofertilizer + NPK fertilizer at a dose of 100%, P1 = manure application with biofertilizer + NPK fertilizer at a dose of 100%, P2 = manure application with biofertilizer + NPK fertilizer with a dose of 75%, P3=manure application with biofertilizer + NPK fertilizer at a dose of 50%. Variables observed included percentage of seedling death, plant height, fruit length, fruit diameter, percentage of death plants and crop production. The results showed that the use of biofertilizer on manure used + NPK fertilizer can increase plant height, fruit length and production of chili plant in acid upland also decrease the percentage of death plant.... The seed viability obtained was higher than the growing power of shallot seeds in Sopha et al. [19] research, namely obtained in soil seedling media and manure compared to other media paddy soil + sand + manure or soil + sand + manure. The seed viability of shallot seeds in various seedling media was obtained by [20] varies between The highest yield was in the media of husk charcoal, husk charcoal + compost, and husk charcoal + compost + soil. ...The research aimed to know the performance of seedlings and farmers’ perceptions of Shallot seed nursery techniques using soil blocks. The study was conducted in Grobogan Regency from September - November 2018. The research method used three nursery techniques, namely a seedbed with soil block, plastic bags, and plumbing. The data collected included technical data, namely data on the growth and productivity of shallots, and data on farmers’ perceptions of nursery techniques obtained by interviewing 30 farmers. Technical data were analyzed descriptively use an average value and t-test, evaluated farmer’s perceptions using 11 attributes and five evaluation scales, which were analyzed using a 5-scale interval scoring technique. The results showed that the average shallot productivity obtained by the soil block nursery technique was higher than the other nursery techniques. Farmers have a good perception of soil block nursery techniques compared to other methods because shallot seeds are very easy to grow, seedlings are very easy to move to the planting area, seedlings are very easy to grow in planted area, seedlings thrive in planted area, and size of the resulting bulbs is very big. The soil block nursery technique is an alternative to increasing shallot Yuniarti Ulima DarmaniaResmayetiSri LestariKomposisi Media Persemaian dan Perlakuan ketersediaan benih bawang merah yang bermutu salah satunya dengan penggunaan benih TSS. Benih TSS memiliki kelemahan yaitu biji harus disemaikan terlebih dahulu dan umur panen lebih lama. Dalam rangka meningkatkan produksi bawang merah dengan menggunakan benih TSS maka diperlukan komposisi media semai yang mendukung untuk perkecambahan dan pertumbuhan benih yang baik. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan persemaian benih bawang merah asal biji TSS terhadap penggunaan beberapa komposisi media persemaian dan perlakuan benih. Kajian dilaksanakan pada tahun 2020 di IP2TP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten dengan menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan yaitu P1 = media tanah + arang sekam + pukan 111 benih direndam air hangat, P2 = media tanah + arang sekam + pukan 111 benih tidak direndam air hangat, P3 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + pupuk hayati Gliocompost benih direndam air hangat, P4 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + pupuk hayati Gliocompost benih tidak direndam air hangat, P5 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + Trichoderma benih direndam air hangat, P6 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + Trichoderma benih tidak direndam air hangat, P7 = media tanah + cocopeat + pukan 111benih direndam air hangat, P8 = media tanah + cocopeat + pukan 111benih tidak direndam air hangat. Hasil kajian menunjukkan bahwa daya tumbuh benih bawang merah TSS yang tertinggi yaitu tanpa adanya perlakuan perendaman benih dengan air hangat dan media persemaian yang menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang yang tertinggi yaitu campuran tanah + pukan + sekam dan panjang akar yaitu campuran tanah + pukan + sekam + pupuk SusantoKiki Kusyaeri HamdaniDian HistifarinaWawan WahyudinPenggunaan biji TSS true shallot seed dalam teknologi budidaya produksi lipat ganda Proliga bawang merah telah dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan teknis dan ekonomi teknologi Proliga bawang merah di dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan secara partisipatif pada lahan petani seluas 1000 m2 di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka 1,000-1,200 mdpl pada bulan April-Agustus 2019. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tujuh ulangan. Perlakuan pertama Trisula biji dengan Proliga, kedua Lokananta biji dengan Proliga dan ketiga Bali Karet umbi dengan teknologi petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah asal biji Trisula dan Lokananta dengan teknologi Proliga masing-masing sebesar ton ha-1 dan ton ha-1 sedangkan Bali Karet umbi dengan teknologi petani sebesar ton ha-1. Analisis ekonomi terhadap biaya persemaian menunjukkan bahwa teknologi Proliga bawang merah dapat menghemat biaya benih hingga 43% dan R/C rasio Proliga bawang merah lebih tinggi dibandingkan cara petani R/C Proliga Trisula, Proliga Lokananta, dan cara petani masing-masing sebesar dan Teknologi Proliga bawang merah asal biji secara teknis maupun ekonomi layak dikembangkan khususnya pada dataran tinggi karena produktivitasnya yang tinggi dan menguntungkan petani. Kata kunci analisis ekonomi, biji bawang merah, kelayakan ekonomis, kelayakan teknis, produktivitasWitono AdiyogaMathias Prathama Rini Roslianip>Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada Maret-November 2018. Tujuan penelitian adalah mengestimasi kelayakan finansial teknologi produksi benih bawang merah TSS True Seed of Shallot. Percobaan lapangan produksi benih dilakukan untuk luasan m2. Keragaan usahatani dievaluasi melalui analisis anggaran usaha berdasarkan pencatatan usahatani. Sementara itu, kelayakan finansial dianalisis menggunakan NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return, B/C ratio Benefit Cost Ratio dan PBP Pay Back Period. Hasil analisis anggaran menghasilkan indikator keragaan produksi benih sebagai berikut a biaya produksi Rp. b rasio penerimaan-biaya 1,49, c titik impas produksi 102 kg/hektar, dan d titik impas harga Rp. Analisis finansial berdasarkan parameter periode proyeksi 3 tahun; aliran kas 12 bulan; suku bunga 18%/tahun; proporsi modal 40% sendiri dan 60% kredit; luas lahan 1 hektar; produktivitas 150 kg/ha; dan harga output Rp. menghasilkan NPV = Rp. <0, IRR = sampai tingkat bunga 2% masih menunjukkan besaran NPV yang negatif <18%, Net B/C Ratio = 0,62 < 1, dan PBP = 1,5 tahun < 3 tahun. Berbagai kriteria tersebut mengindikasikan bahwa usahatani produksi benih TSS belum dapat dikategorikan layak secara finansial. Analisis sensitivitas menunjuk-kan bahwa kelayakan finansial baru tercapai jika terjadi pengurangan biaya produksi minimal 22%. Kelayakan finansial juga dapat dicapai jika terjadi minimal 15% peningkatan produktivitas atau 15% peningkatan harga benih. Penelitian ini menyarankan studi lebih lanjut untuk mengidentifikasi agroekosistem produksi paling ideal berpotensi produktivitas optimal, serta memperbaiki teknologi produksi benih TSS berorientasi peningkatan produktivitas dan efisiensi penggunaan input. Keywords produksi benih; benih biji botani bawang; analisis anggaran; kelayakan finansial Abstract A trial of 1,500 m2 seed production was conducted in the Indonesian Vegetable Research Institute during March-November 2018. The objective was to assess the financial feasibility of True Seed of Shallot TSS seed production technology. Farm performance was assessed by using enterprise budget, NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return, B/C ratio Benefit Cost Ratio, and PBP Pay Back Period. Budget analysis results in a production costs of IDR 255,320,280/ ha, b revenue-cost ratio of c 102 kg/ha yield break-even-point, and d IDR 1,789,628/kg price break-even-point. Meanwhile, financial analysis based on some predetermined parameters has provided NPV = IDR -108,564,638 <0, IRR = up to 2% interest rate still shows negative NPV value <18%, Net B/C Ratio = <1, and PBP = years <3 years. Those criteria suggest that TSS seed production business is not yet categorized as financially feasible. Sensitivity analysis shows that financial feasibility may be achieved if there is minimally 22% reduced cost of production, or 15% increased yield, or 15% increased seed price. Further studies on identifying the most ideal agro-ecosystem with optimal yield potential, and improving TSS technology with an orientation to increasing yield and input-use efficiency are recommended. Keduabawang ini bisa dapat menambah cita rasa makanan menjadi lebih nikmat. Masih satu keluarga tumbuhan, bawang daun dapat menghasilkan umbi bawang merah, sedangkan bawang prei menghasilkan umbi bawang putih. Kedua bawang daun ini memiliki perbedaan dari segi fungsi, ukuran, aroma, dan harga. Meskipun keduanya dapat digunakan

Sepertihalnya cara memupuk bawang merah umur 30 hari agar subur, untuk mendapatkan umbi bawang merah yang besar juga harus menggunakan pupuk tertentu. Berikut diantaranya: 1. Nitrogen. Unsur hara Nitrogen (N) diperlukan bawang merah untuk menunjang proses pembentukan akar dan batang, serta untuk membantu proses fotosintesis.
PenangananPasca Panen Bawang Merah Untuk menghasilkan kualitas bawang merah yang baik harus mengikuti proses penanganan pasca panen bawang merah yang baik dan. Pengeringan untuk bibit dibutuhkan 12-15 hari sampai warna umbi merah cerah dan melekat pada umbinya atau menyusut 17-22%.
Komposisipupuk N yang paling baik untuk menghasilkan umbi bawang merah konsumsi adalah 1/3 N (Urea) + 2/3 N (ZA). Pupuk K sebanyak 50-100 kg K2O/ha diaplikasikan bersama-sama pupuk N dalam larikan dan dibenamkan ke dalam tanah. Sumber pupuk K yang paling baik adalah KCl atau K2MgSO4 (Kamas). Untuk mencegah kemungkinan kekurangan
. 426 397 481 48 213 251 158 445

1 umbi bawang merah menghasilkan